close
Banner iklan disini

MotoGP

Seberapa siapkah rider MotoGP untuk tahun 2016 ini?.

YZR-M1 2016

Bike Yamaha Team for Valentino Rossi and Lorenzo

Friday 30 September 2016

Honda habiskan jatah tes 2016, Yamaha buka kekuatan YZR-M1 2017

 


motogpbrave.blogspot.com - Saat balapan 2016 telah menyelesaikan seri ke-14 di GP Aragon akhir pekan lalu. Yamaha sudah tidak pernah memenangkan lomba lagi sejak GP Catalunya (seri 7). Rider tim Yamaha Factory, Valentino Rossi, sudah mengemukakan kekhawatirannya atas fenomena ini. Nah di saat tim garpu tala sedang gundah, rival bebuyutan mereka, Honda malah telah menghabiskan jatah maksimal tes 2016. Seperti dilaporkan GPOne pada Kamis (29/9), Honda ternyata baru saja menyelesaikan uji coba terakhir mereka musim ini di Sirkuit Aragon.

Tes yang berlangsung selama hari Rabu (28/9) itu merupakan hari kelima dari total kuota lima hari diperbolehkannya Honda (dan setiap tim MotoGP) untuk melakoni pengujian pada musim 2016. Dua pembalap tim Repsol Honda, Marc Marquez serta Dani Pedrosa kembali turun ke lintasan untuk mengembangkan mesin baru motor mereka yang bakal dipakai pada musim depan (2017). Sebelumnya, mereka sudah menjajal mesin baru Honda di sesi uji coba pasca GP San Marino.

Cuaca di Sirkuit Aragon kali ini benar-benar dalam kondisi sempurna buat tes mesin baru Honda. Karena temperatur udaranya pada angka 24 derajat celcius dan terperatur aspalnya 35 derajat celcius.

Marc serta Dani melakukan banyak putaran dengan motor dan mesin baru Honda 2017. “Saya senang dengan mesin baru kami. Kemampuannya sudah berada di level yang bagus dan karakteristiknya agak sedikit berbeda dengan mesin saat ini,” tutur Marquez pasca tes Aragon. Sementara itu, direktur tim Yamaha Movistar, Massimo Meregalli berbicara penyebab kegagalan mereka untuk melakoni tes bareng Honda di Aragon. 

“Kami memutuskan untuk mencoba motor baru kami hanya pada akhir musim ini. Dan usai tes di Valencia (pertengahan November), kami akan melanjutkan pengujian motor baru ke Sirkuit Sepang, Malaysia pada 23-24 November,” sembur Meregalli seperti dilaporkan La Gazzetta dello Sport.

Meregalli juga mengindikasikan motor YZR-M1 baru mereka yang akan digunakan Rossi dan Maverick Vinales pada 2017. Sepertinya bakal mewakili sebuah langkah maju yang cukup signifikan dalam soal performa ketimbang motor 2016.

“Pada tahun ini, M1 selalu mengalami penyesuaian secara teratur. Kali ini (motor 2017) akan ada sesuatu yang baru dan lebih komplit,” sesumbar Meregalli.

“Ini bukan sebuah revolusi, tapi sebuah evolusi yang lebih signifikan. Jika kami menunda tes debut motor 2017, itu karena di Jepang kami sedang mengerjakannya,” imbuhnya.

Lantas ketika ditanya secara spesifik bagaian mana yang paling banyak di ubar pada YZR-M1 2017, Meregalli menjawab: “Kami akui bahwa kami masih agak kurang pada kekuatan akhir kecepatan maksimal, tapi ketika itu datang pada traksi serta kemampuan pengendalian motor, M1 masih jadi referensi tim lain. Kami ingin mencari sejumlah tenaga kuda tambahan namun tanpa kehilangan performa di kecepatan awal.”

Source from SinDoNews

Crutchlow: mau juara dunia, Ducati salah pilih Lorenzo, Harusnya...

 

motogpbrave.blogspot.com - Mantan pembalap tim pabrikan Ducati Corse, Cal Crutchlow, rupanya gatal juga ikutan berkomentar soal kepindahan Jorge Lorenzo dari Yamaha pada akhir musim ini. Tapi menurut eks rider tim Yamaha Tech 3 itu, kalau mau merebut gelar juara dunia MotoGP, Ducati salah mengambil keputusan. Ya, pada awal kalender balap MotoGP 2016, Ducati resmi mendapatkan tanda tangan juara dunia tiga kali kelas bergengsi, Jorge Lorenzo. Pembalap  yang musim ini melakoni musim terakhirnya bersama tim Yamaha Factory tersebut, pada musim depan akan bergabung bersama Andrea Dovizioso sebagai mitra.

Tak sedikit pengamat MotoGP dan juga pembalap dan mantan pembalap kelas bergengsi hingga fans, meragukan kemampuan Lorenzo untuk beradaptasi cepat dengan motor Desmosedici milik Ducati. Karena seperti diketahui, hanya Casey Stoner saja yang mampu mengantar tim yang bermarkas di Distrik Borgo Paginale, Bologna, tersebut jadi juara dunia (2007). Meski begitu, Loris Capirossi, Troy Bayliss hingga Andrea Iannone masih bisa menggondol gelar seri ketika menunggangi motor Ducati. Namun kesulitan yang mendera rekan Lorenzo saat ini, Valentino Rossi, ketika selama dua tahun memacu Desmosedici (2011-12), seakan menjustifikasi kalau motor Ducati hanya bisa dipawangi oleh Stoner.

Pertanyaannya sekarang ialah, mampukah Lorenzo mengikuti jejak Stoner di Ducati? Apakah Porfuera akan kesulitan beradaptasi dengan Desmosedici sejak tes pasca musim 2016 di Sirkuit Valencia, pertengahan November nanti?

“Saya berharap dia bisa memutar balikkan fakta itu sebelum tes pra-musim 2017 pada Februari dan Maret. Karena kalau tidak, dia bakal benar-benar berada dalam masalah. Dan Ducati tidak akan mau berjudi dan salah mengambil keputusan lagi,” sembur Crutchlow menanggapi kepindahan Lorenzo dari Yamaha ke Ducati seperti dilaporkan Motorsport.

Pembalap Inggris yang musim depan masih tetap memacu Honda di tim privateer milik Lucio Cecchinelo (LCR) itu bersikeras, kalau Ducati ingin garansi gelar juara dunia di masa depan. Maka mereka harus berusaha keras untuk mendapatkan tanda tangan Marc Marquez (tim Repsol Honda).

“Saya memberi pilihan bagi mereka (Ducati) untuk kembali (mencari pembalap lain). Jika Anda bertanya kepada Dovi siapa yang akan menjadi pengganti Andrea Iannone, dia akan mengatakan saya. Karena saya telah memahami karakter motor Ducati dan juga mengerti motor tim pabrikan lain,” beber Crutchlow yang pernah membalap untuk tim Italia itu pada 2014.

“Tapi itu bukan berarti saya akan melakukan pekerjaan yang sama baiknya dengan yang dilakukan Lorenzo. Saya hanya berpikir bahwa, jika mereka (Ducati) mencari seorang pria yang bisa memastikan mereka meraih gelar juara dunia, apakah saya berpikir pria itu adalah dia (Lorenzo), dengan motor itu (Desmosedici)? Tidak,” imbuh pembalap berusia 30 tahun tersebut.

“Pria itu adalah Marc Marquez. Dan dia tersedia pada saat itu (awal 2016), namun mereka (Ducati) tidak pernah menawarkannya kontrak yang cukup bagus atau Marc yang tidak ingin pergi (dari Honda),” tandas pembalap juara British Supersport 2006 (bersama Honda) dan juara World Supersport 2009 (bersama Yamaha) tersebut.

Source from SinDoNews

Crutchlow anggap marahnya Lorenzo karena disalip Rossi adalah konyol

 

motogpbrave.blogspot.com - Perang argumen Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo soal aksi overtake di Sirkuit Misano disoroti pembalap satelit Honda, Cal Crutchlow. Pemenang Grand Prix Republik Ceko menilai protes yang dilontarkan pembalap Spanyol cukup konyol. Rossi dan Lorenzo terlibat perang argumen di sesi konferensi pers pasca-balapan San Marino, 11 September lalu. Dalam kesempatan tersebut, Lorenzo menilai aksi Rossi menyalipnya di tikungan ke-14 cukup berbahaya bagi dirinya. "Jika saya tidak meluruskan motor, saya akan jatuh. Mungkin anda tidak, tapi saya akan demikian," keluhnya di depan para jurnalis. Pembalap Italia tak sependapat. Dengan memotong pembicaraan rekan setimnya di Yamaha, Rossi menilai semua orang, termasuk Lorenzo, pernah melakukan hal serupa. "Coba anda lihat rekaman balapan anda," balas The Doctor.

Perang argumen itu cukup panas, sebelum akhirnya Lorenzo meneruskan kalimatnya. Setelah keduanya 'perang terbuka' secara live, Rossi dan Lorenzo saling mengutarakan pendapatnya lagi kepada media di luar ruangan. Keributan itu rupanya juga jadi buah bibir di kalangan pembalap lain. Selain Marc Marquez, Crutchlow adalah salah satu rider yang ikutan berkomentar menanggapinya, dengan menilai protes yang dilayangkan Lorenzo cukup menggelikan.

"Tidak, saya hanya menertawakan orang yang salah dan tidak tahu apa yang ia persoalkan, cukup konyol. Saya tidak takut untuk mengatakan hal ini," ucap pembalap Inggris seperti dilansir Supersport, Kamis (29/9/2016).

"Dia (Lorenzo) mengeluh disalip seperti itu? Seperti dia tidak pernah menyalip siapa pun dengan cara yang sama? Sebelumnya Valentino tidak pernah menyalip sekeras itu, tapi inilah balapan,"

"Jika seseorang menyalip anda, anda memang harus mengangkat motor. Atau jika anda bertahan, anda tertabrak. Memang itu pilihannya,"

"Jorge salah dan saya pikir hal itu mempengaruhinya sebab dia tidak kompetitif selama akhir pekan di Aragon, tidak normal, tidak seperti biasanya. Saya harap dia bangkit sebelum Februari atau Maret tahun depan karena jika tidak, ia akan benar-benar dalam kesulitan. (Jika belum bangkit) Ducati akan membuat perjudian yang salah lagi, dan saya bisa kembali sombong," candanya.

Source from SinDoNews

Thursday 29 September 2016

Mampukah Rossi kejar Marquez, ulangi dongeng Wayne Rainey?

 

motogpbrave.blogspot.com - Kekalahan di Grand Prix Aragon membuat Valentino Rossi makin tertinggal dari Marc Marquez di klasemen kejuaraan MotoGP 2016. Dengan menyisakan empat seri lagi, mampukah The Doctor merebut titel juara. Rossi yang finis ketiga di Sirkuit Aragon, Minggu (25/9/2016), jadi terpaut 52 poin dari Marquez yang keluar sebagai pemenang. Pembalap Repsol Honda sukses mengembalikan selisih poinnya setelah dalam beberapa race terakhir selalu gagal mengasapi rival utamanya. Dengan menyisakan empat seri tersisa, Marquez sangat difavoritkan keluar sebagai juara dunia MotoGP 2016. Pembalap Spanyol butuh dua kemenangan lagi untuk mengunci gelarnya, meski secara matematis ia cuma butuh sekali saja saat balapan di Jepang dengan catatan Rossi gagal mendulang poin sama sekali.

Jelas, perebutan gelar bukan pekerjaan mudah bagi Marquez sebab ia mesti memastikan bisa merebut dua kemenangan lagi. Rossi juga sama, bahkan lebih menuntut syarat lebih berat: Marquez setidaknya harus gagal di dua kali balapan dan ia bisa keluar jadi pemenang. Mustahil rasanya jika Marquez gagal mendulang poin di tengah performa terbaiknya. Sementara Rossi untuk merebut kemenangan, bakal sedikit dihadapkan pada tantangan mengingat motor Yamaha kini tidak sekompetitif di paruh pertama.

Tapi setidaknya Rossi masih punya motivasi jika menilik aksi legenda balap Yamaha di era 1990-an, Wayne Rainey. Ya, legenda asal Amerika Serikat itu sempat berada di posisi yang sama dengan pembalap Italia, bahkan bisa dibilang lebih berat. Namun akhirnya, Rainey tetap mampu jadi juara.

Peristiwa itu terjadi dalam kejuaraan 500cc 1992. Rainey ketika itu bersaing ketat dengan Mick Doohan, pembalap Honda. Sayang, sejak awal joki Yamaha selalu dikalahkan Doohan. Dalam lima seri terakhir, ia cuma jadi runner up Doohan tiga kali dan sisanya gagal menyelesaikan balapan. Setidaknya dalam tujuh balapan perdana, Rainey cuma sekali menang, kalah telak dari Doohan yang mengoleksi lima kemenangan.

Memasuki GP Belanda, 27 Juni 1992, selisih poin Rainey dengan Doohan mencapai 65 poin (ketika itu pemenang mendapat 20 poin). Jumlah tersebut kemungkinan bertambah mengingat Rainey pada akhirnya gagal tampil di Assen lantaran mengalami cedera engkel. 

Tiba-tiba drama terjadi. Doohan mengalami kecelakaan tunggal di sesi latihan GP Belanda. Doohan mengalami cedera serius di mana kakinya patah dan ada opsi harus diamputasi. Kondisi yang sangat memukul Doohan sebab ia sangat difavoritkan merebut gelar 500cc pertamanya.

Doohan akhirnya absen empat seri lamanya. Absennya sang rival dimanfaatkan Rainey untuk menipiskan selisih poin. Di tiga balapan tanpa Doohan, Rainey finis kelima di Hungaria, juara di Prancis, dan jadi runner up di Inggris. 43 poin ia kumpulkan sehingga selisih poinnya jadi 22. Di seri balap Brasil, Doohan akhirnya bisa tampil setelah absen hampir delapan minggu. Namun kondisi yang belum fit menyebabkannya cuma finis di peringkat 13, sementara Rainey keluar sebagai juara.

Rainey pun tinggal berselisih dua poin dengan Doohan di seri terakhir yang ketika itu berlangsung di Afrika Selatan. Dalam balapan tersebut, pembalap Garpu Tala lainnya John Kosicki keluar sebagai pemenang. Ketika itu juga muncul isu Rainey meminta bantuan Kosicki yang langsung dibantah dalam bukunya. Rainey yang cuma butuh finis di atas Doohan, mampu melakukannya dengan merebut podium ketiga dan Doohan cuma finis keenam. Rainey pun juara dunia dengan selisih empat poin saja.

Nah, persaingan Rainey dan Doohan bisa jadi salah satu yang paling dramatis ketimbang musim lalu. Pada 2015, balapan juga mesti ditentukan di seri akhir Valencia di mana Rossi dan Lorenzo jadi kandidatnya. Pembalap Spanyol pada akhirnya juara setelah finis pertama di Sirkuit Ricardo Tormo, sementara rekannya di tempat keempat akibat dihukum start dari posisi buncit (akibat hukuman insiden senggolan dengan Marquez di Malaysia).

Kini, mampukah Rossi bisa mendapat 'keberuntungan' layaknya Rainey? Tunggu saja di empat seri balap MotoGP 2016 yang tersisa.

Source from SinDoNews

Ducati dilanda krisis?

 


motogpbrave.blogspot.com - Salah satu hal yang harus dipelototi oleh Jorge Lorenzo sebagai calon pembalap Ducati 2017 adalah hasil balapan tim Merah asal Bologna itu pada lomba terakhir, GP Aragon 2016. Ya, karena Ducati benar-benar kalah telak dari Aprilia pada lomba Seri 14 MotoGP 2016 di Sirkuit Aragon, Spanyol, akhir pekan lalu. Duo Aprilia, Alvaro Bautista dan Stefan Bradl menyelesaikan balapan tersebut pada posisi 9 dan 10. Sedangkan dua pembalap tim pabrikan Ducati, Andrea Dovizioso serta Michele Pirro, harus puas finis di urutan 11 dan 12. Lalu rider tim satelit Ducati lainnya, Hector Barbera dan Eugene Laverty, mengekor dengan finis posisi 13 dan 14. 

Kemudian empat rider tim satelit Ducati lainnya finis secara berurutan pada peringkat 16-19, yakni Yonny Hernandez, Danilo Petrucci, Loriz Baz dan Scott Redding. Fakta ini jelas menarik, karena untuk pertama kalinya seluruh pembalap Ducati baik dari tim pabrikan maupun satelit finis di belakang duo Aprilia. Benarkah tim yang bermarkas di Distrik Borgo Paginale tersebut (Ducati) sedang krisis?

“Realitasnya, kami mengalami kesulitan saat balapan di sejumlah sirkuit yang permukaan lintasannya tidak menyediakan daya lekat (grip) yang bagus terhadap ban (Michelin), contohnya seperti di Spanyol. Kami menderita di Jerez, Barcelona dan juga di Aragon,” kata direktur olah raga tim Ducati Corse MotoGP, Paolo Ciabatti, berkilah seperti dalam wawancara GPOne. 

So, apakah kemenangan Andrea Iannone di Red Bull Ring (Austria) bukanlah sebuah ilusi? “Tapi saat ini tidak ada alarm dalam soal performa motor Desmosedici kami,” imbuh Ciabatti.

“Itu adalah salah satu dari tujuan kami dan kami telah meraihnya. Ini mungkin terasa seperti sebuah alasan mudah, tapi papan klasemen sementara sama sekali tidak menggambarkan potensi sebenarnya dari tim dan motor kami,” kata Ciabatti meyakini.

Lebih lanjut dia menambahkan: Pada permulaan musim ini, kami kehilangan kesempatan meraih banyak poin pada beberapa momen yang tidak menguntungkan, seperti di Argentina Iannone menjatuhkan Dovizioso di tikungan terakhir saat mereka memperebutkan finis podium kedua.”

“Namun lebih dari sekali kami juga sempat memimpin lomba, seperti di Assen, Sachsenring dan tentunya di Austria, serta kami juga kuat di Silverstone. Kami tidak banyak menang memang, itu kenyataannya. Tapi sama sekali tidak ada masalah teknis (pada motor) atau sesuatu lainnya seperti itu,” kata Ciabatti menjelaskan.

Lantas apakah yang menjadi masalah Ducati musim ini?

“Kami memulai musim dengan desain motor untuk beberapa tipe kompon ban tertentu, seperti di Argentina, meski ban tipe itu akhirnya tidak melanjutkan produksinya (bermasalah terlalu cepat terkikis). Sayangnya, di Aragon kami kesulitan dengan kurangnya daya lekat ban di permukaan lintasan serta juga timbulnya getaran (pada motor). Kami memulai lomba usai Dovi tampil oke di sesi pemanasan, berpikir kami dapat bersaing dengan para pembalap terdepan buat berjuang meraih posisi bagus. Tapi pada poin tertentu, kedua pembalap kami (Dovi dan Pirro) tidak mau mengambil risiko dan mulai melambat (karena kurangnya grip ban motor atas permukaan lintasan tadi). Walau begitu, Michelin benar-benar telah bekerja keras menciptakan ban yang hebat (setelah Argentina),” tutup Ciabatti.

Source from SinDoNews

Lepas Lorenzo dua hari, Yamaha beri keuntungan buat Ducati

 


motogpbrave.blogspot.com - Selain kemampuan YZR-M1 yang diragukan oleh Valentino Rossi, karena sudah tidak pernah memenangkan balapan lagi sejak GP Catalunya alias Seri 7 MotoGP 2016 (akhir pekan lalu telah menyelesaikan Seri 14, GP Aragon). Ternyata tim pabrikan Yamaha juga menyimpan kekhawatiran tersendiri. Apakah itu soal kehandalan motor mereka pula yang mulai keteteran dari Honda RC213V?. Rupanya kekhawatiran terbaru Yamaha berkaitan dengan motor mereka pula, namun kali ini bukan dari Honda. Seperti dilaporkan oleh GPOne, tim asal Iwata tersebut ternyata sudah mulai mengkhawatirkan tentang apa yang bisa dilakukan oleh pasangan Ducati dan Jorge Lorenzo pada musim depan (2017).

Karena Lorenzo telah mendapat izin untuk menjajal motor Ducati Desmosedici GP17 usai musim 2016 berakhir di GP Valencia, 13 November mendatang. Perlu diketahui, sejak 1 Desember 2016 hingga akhir Februari, pengelola MotoGP melarang adanya tes bagi seluruh tim. Walau hanya mendapat izin untuk mengawali kerja bersama Ducati selama dua hari pada tes pasca musim di Valencia, Yamah dinilai telah memberi keuntungan buat rivalnya itu, sekaligus kans buat Lorenzo beradaptasi lebih cepat dengan Desmosedici GP17.

Perlu diketahui selama beberapa musim terakhir, Ducati hanya mengirim dua pembalap tim satelit dari Pramac plus rider tes mereka pada tes pasca musim atau boleh dibilang sebagai tes awal pra musim berikutnya. Dan keberuntungan Ducati serta Lorenzo ini wajib dimanfaatkan betul, karena kita pernah mengetahui ada beberapa tim besar yang tidak mengizinkan pembalapnya sudah menjajal motor rival saat kontrak mereka berakhir pada akhir musim.

Contohnya pada akhir musim 2003 dan 2010. Pada penghujung 2003, Honda tidak mengizinkan Valentino Rossi pindah ke Yamaha. Tapi The Doctor baru bisa menjajal dan mengembangkan YZR-M1 pada tes pra-musim 2004 di Sirkuit Sepang, Malaysia. Walau pada akhir musim itu, Rossi langsung mempersembahkan juara dunia pertamanya buat tim garpu tala.

Pengalaman serupa tapi tak sama dialami Rossi ketika memutuskan pindah dari Yamaha ke Ducati. Pada penghujung 2010, dia baru diizinkan Yamaha menjajal dan mengembangkan Desmosedici GP11 dalam tes pra-musim 2011. Meski pada akhir musim itu, Rossifumi finis di posisi tujuh klasemen.

“Ya, itu benar. Ini (Lorenzo sudah bisa menjajal GP17 di akhir musim 2016) adalah satu alasan kami mengapa kami sudah mengerjakan secara intens agar motor prototipe 2017 kami sudah siap pada waktunya untuk menjalani tes debut setelah berakhirnya seri terakhir di Valencia,” tutur direktur olah raga tim Ducati Corse, Paolo Ciabatti, di sela-sela lomba GP Aragon 2016.

“Ini bakal menjadi satu-satunya kesempatan kami untuk mendapatkan umpan balik dari Jorge. Adapun sampai saat ini belum ada kemunduran pada jadwal kami (mempersiapkan motor 2017). Dan kami akan langsung menyediakan dua motor baru di Valencia, satu buat Lorenzo dan satu lagi untuk Dovizioso,” tandasnya. 

Source from SinDoNews

Ini alasan Rider Yamaha tidak menang lagi di 7 seri terakhir

 


motogpbrave.blogspot.com - Direktur tim MotoGP Yamaha Massimo Meregalli mengungkapkan alasan mengapa Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo gagal menangkan balapan di tujuh seri terakhir. Dikatakannya, ada beberapa pengembangan yang tak membawa perubahan signifikan pada YZR-M1. Hasil di seri balap Aragon, Minggu (25/9/2016) membuat Yamaha sudah gagal menangkan balapan sebanyak tujuh kali musim ini. Dari total seri tersebut, Honda meraihnya lima kali sementara Ducati dan Suzuki berbagi kemenangan masing-masing sekali.

Kemenangan terakhir Yamaha didapat di Grand Prix Catalunya, Barcelona, 5 Juni 2016. Ketika itu, Rossi jadi pemenang balapan yang sedang dilingkupi suasana duka atas tewasnya Luis Salom di sesi latihan bebas Moto2. Catatan itu sempat disoroti Rossi. Ia menilai motor kekalahan beruntun Yamaha sempat membuatnya khawatir. Sejatinya, Yamaha sudah buat perubahan saat menjalani sesi pengujian di Brno, Republik Ceko. Dua hal baru yakni sasis dan swing arm dijajal di tunggangan dua ridernya.

Namun ketika itu, Rossi mengaku cuma puas dengan penggunaan sasis. Dengan swing arm, The Doctor mengeluh tidak merasakan perbedaannya. Meregalli akhirnya buka suara menanggapi masalah yang terjadi pada kuda besi Yamaha. Ia membantah tim Garpu Tala mengalami penurunan performa, dengan mengatakan ada beberapa pengembangan yang tidak cocok seperti sasis baru dan swing arm, sama seperti yang dikeluhkan Rossi.

"Kami tidak membuat langkah mundur, terlepas Honda sudah membuat beberapa perubahan baik ke depan. Perkembangan terakhir, terutama pada sasis dan swing-arm, tidak memberi kami hasil yang diharapkan, ditambah ban cukup berperan. Ada waktunya mereka cocok dengan kami, ada pula untuk tim lain," ujar Meregalli seperti dilansir Motorsport, Rabu (28/9/2016).

Selanjutnya, seri balap akan berlanjut di Sirkuit Motegi, Jepang, 16 Oktober 2016. Selain untuk Yamaha, Rossi juga pasti akan berjuang menang di balapan kandang Honda. Jika Yamaha tertinggal dari Honda di klasemen pabrikan dengan selisih 13 poin, Rossi juga demikian yang tertinggal 52 poin dari rider Repsol Honda Marc Marquez di klasemen pembalap.

Source from SinDoNews

Rossi Pensiun di usia 40?

 


motogpbrave.blogspot.com - Sebagai pembalap tertua di lintasan MotoGP musim ini, Valentino Rossi (37 tahun) bisa dibilang masih kompetitif. Namun, rider asal Italia memberi isyarat akan segera pensiun dari dunia balap motor. Wacana pensiun Rossi dari ajang balap MotoGP sebetulnya sudah mulai mencuat ketika tahun lalu dia gagal merebut gelar juara dunia usai dikalahkan rekan satu timnya sendiri, Jorge Lorenzo. Namun tahun ini Rossi masih menunjukkan kemampuan dengan menjaga kans juara dunia. Rossi sendiri mengaku usianya sudah tidak muda lagi untuk bersaing di ajang balap MotoGP, meski dia sudah sepakat menandatangani kontrak bersama Yamaha Movistar di musim 2017.

"Saat itu (usia saya 39 tahun). Mungkin agak sedikit memalukan (bagi saya) untuk terus melanjutkan balapan (di lintasan) setelah usia 40 tahun," kata Rossi.

Pernyataan Rossi bisa dibilang isyarat bahwa dirinya akan pensiun di usia 40 tahun. Kepala mekanik Rossi di Movistar Yamaha, Silvano Galbusera, sempat menanggapi perkataan Rossi itu. Namun, dia meyakini pembalapnya tersebut belum memungkinkan pensiun dalam waktu dekat.

 "Saya pikir (di musim mendatang) ia akan terus berada pada tingkat yang sama, dan kemudian kita akan melihat apakah dia akan berhenti atau tidak. Menurut saya, itu tidak pasti," katanya. 

Source from SinDoNews

Wednesday 28 September 2016

Carlo Pernat: Lorenzo ingin kalahkan Rossi di klasemen

 

motogpbrave.blogspot.com - Bagi yang sering mendengar kata-kata ‘match point’ atau ‘game set’ di sebuah pertandingan olah raga. Mungkin istilah itulah yang bisa jadi gambaran persaingan antar pembalap di klasemen sementara Kejuaraan Dunia GP Motor 2016. Ya, sebuah pekan yang tak bisa dilupakan oleh Marc Marquez terjadi di lomba GP Aragon 2016. Berkat kemenangannya pada balapan Minggu (25/9), makin mendekatkannya dengan gelar juara dunia musim ini atau yang ketiga kali buatnya di kelas bergengsi. Tengok saja, dengan keunggulan lebih dari 50 poin yang dimiliki si ‘Bayi Alien’ di puncak klasemen sementara. Membuat tugas Valentino Rossi bakal makin sulit untuk memangkasnya. Pun dengan rekan setimnya di Yamaha Movistar, Jorge Lorenzo, walau kansnya mempertahankan gelar adalah yang terkecil di antara ketiganya.

Duo Aprilia tampil bersinar di Aragon 2016 dengan finis di depan para pembalap Ducati. Itulah setidaknya yang jadi gambaran sekaligus kesimpulan dari seorang pengamat MotoGP senior, Carlo Pernat. Lalu apa penjelasan lainnya dari manajer Andrea Iannone tersebut soal empat seri tersisa musim ini? Berikut kami sarikan kutipan wawancaranya kepada GPOne.

Apa yang bisa kita dapatkan dari hasil balapan akhir pekan lalu (GP Aragon 2016)?
“Kita bisa menyimpulkan dari tiga hal: Menyegel, kebangkitan dan penyerahan.”

Apakah Marquez sudah mengambil langkah yang menentukan menuju gelar juara dunia musim ini?
“Sebuah segel dari Marc (dia telah menguncinya). Dalam balapan sebelumnya (GP San Marino) dia harus terus berhitung saat berpacu, karena motornya bukan yang terbaik (masih kalah dari Yamaha).

“Setelah melewati masalah elektronik (ECU standar di GP San Marino), Honda sekali lagi telah menunjukkan motor mereka kini menjadi motor yang harus dikalahkan semua tim.”

“Dia telah memenangkan juara dunia musim ini kemarin (akhir pekan lalu), yang mana merupakan jaminan dirinya akan memenangkan gelar juara dunia lagi di masa depan. Tapi dia akan menghadapi persaingan dari Jorge (Lorenzo) dan Maverick (Vinales). Namun saat ini, dia adalah Marc yang sebenarnya, yang semua kita pernah tahu dan yang paham bagaimana memenangkan balapan.”

Lorenzo telah menebus finis podium ketiga di San Marino dengan finis kedua di Aragon?
“Ini adalah balapan dari sebuah kebangkitan buat Jorge. Setelah menjalani akhir pekan yang sulit dan sempat jatuh di sesi pemanasan. Sebuah cahaya telah datang kepadanya, yang kini membuatnya memiliki tujuan untuk setidaknya mengakhiri musim ini di posisi runner-up. Karena sekarang dia punya motivasi: ‘Saya ingin meninggalkan Yamaha dengan kepuasan, yakni setelah mengalahkan Valentino Rossi pada musim terakhir saya bersama Yamaha’.”

Bagi The Doctor, ini (GP Aragon 2016) adalah balapan yang telah mematikan harapannya (memangkas keunggulan poin Marquez) di kejuaraan dunia?
“Untuk Vale ini adalah sebuah balapan yang membuatnya harus menyerahkan gelar juara dunia ke Marc. Ada perbedaan 14 tahun antara dia dengan Marquez. Sudah jelas dan sangat disayangkan kemarin Rossi tidak lebih baik ketimbang Jorge dan Marc.”

“Tapi saya berpikir bahwa salah satu dari Marc, Vale dan Jorge bakal membuat menarik kita dan olah raga ini pada akhir musim dengan memenangkan beberapa balapan. Karena mereka hanya tinggal memiliki satu perhatian (fokus) saja sekarang.”

Yang manakan itu menurut Anda?
“Motor 2017. Khusus buat Marquez yang telah membawa motor baru Honda ke lintasan dan tampaknya kompetitif. Mungkin ini adalah ketakutan terbesarnya.”
Aprilia tampil hebat di Aragon?

“Well Aprilia, mereka telah mengambil langkah besar buat maju ke depan setelah finis di depan Ducati. Sayangnya Ducati masih terus menderita karena masalah ban.”


Source from SinDoNews

Rossi ungkit konspirasi rider Spanyol

 


motogpbrave.blogspot.com - Valentino Rossi mengungkit kontroversi tahun lalu di tengah kondisinya yang sedang tertinggal dalam perburuan gelar juara dunia MotoGP 2016. Pembalap Movistar Yamaha kembali bercerita bagaimana ia gagal meraih gelar tahun lalu. Rossi kini tertinggal 52 poin dari Marquez dalam perburuan titel juara 2016. Selisih itu terjadi setelah The Doctor cuma mampu finis ketiga di Grand Prix Aragon, Minggu (25/9/2016), di saat rival utamanya keluar sebagai pemenang. Dengan menyisakan empat seri lagi, pembalap Repsol Honda minimal tinggal butuh dua kemenangan lagi untuk mengunci gelarnya. Bahkan secara matematis, Marquez tinggal menang sekali lagi di Jepang dengan catatan Rossi gagal mendulang poin sama sekali.

Rossi jelas tertekan. Namun, situasi serupa sudah ia rasakan tahun lalu ketika bersaing sengit dengan Jorge Lorenzo dalam perburuan gelar juara 2015. Ketika itu, Rossi mesti kalah di seri terakhir Valencia sehingga gelar lepas ke tangan rekan setimnya. Kekalahan itu rupanya melahirkan kontroversi: Rossi menuding Marquez dan Lorenzo bersekutu menjegalnya.

Pembalap Italia merujuk pada gaya balapan Marquez di Australia dan Malaysia yang mengganggunya selama perlombaan. Bahkan di Sirkuit Sepang, Rossi terlibat senggolan yang menyebabkan Marquez jatuh. 

Rossi kena penalti atas insiden itu sehingga mesti start dari posisi buncit di Valencia. Rossi yang mesti naik podium atau minimal finis satu posisi di bawah Lorenzo, akhirnya cuma mampu berada di peringkat empat. Lorenzo yang jadi pemenang balapan pun berhak mengangkat trofi juara.

Marquez yang sejatinya sudah kalah dalam perlombaan, dituduh Rossi sengaja membantu Lorenzo jadi juara. Rossi mengatakan, Marquez sudah kesal akibat dibuat terjatuh di Argentina dan Belanda.

Keributan itu berbuntut panjang. Rossi memutuskan tali silaturahmi dengan Marquez dan Lorenzo. Jika Rossi akhirnya mau berjabat tangan dengan Marquez di seri Catalunya, tidak dengan Lorenzo yang hingga kini masih perang dingin.

Hampir setahun berselang, tepatnya setelah seri balap di Aragon, Rossi kembali mengungkit kisah kelam di MotoGP itu. Saat diwawancara BT Sport, pembalap berusia 37 tahun kembali menceritakan persaingan sengitnya di tiga balapan terakhir yang sempat diganggu Marquez.

"Tidak ada yang mengharapkan untuk melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Ketika anda menambah 320 poin seperti yang saya lakukan, sembilan dari 10 balapan anda akan bisa memastikan juara," ujar Rossi seperti dilansir Marca.

"Sebelum tiga balapan terakhir, Lorenzo berhak merebut gelar sebab dia punya dua kemenangan lebih banyak dari saya. Tapi yang terjadi di tiga balapan terakhir sangat mengesankan, ditambah ada sikap menjengkelkan dari Marquez. Gelar juara sudah kehilangan nilainya dari semua yang telah terjadi," imbuhnya.

Komentar itu jelas bertolak belakang dengan janji Rossi yang ingin melupakan kontroversi tersebut di awal musim 2016. Tapi yang pasti, empat seri terakhir, di mana selanjutnya akan digelar di Sirkuit Motegi, Jepang 16 Oktober 2016, bakal menyajikan drama tersendiri.


Source from SinDoNews

Rossi Tanggapi opini Galbusera

 


motogpbrave.blogspot.com - Jelang dimulainya musim balap MotoGP 2016, Valentino Rossi telah menandatangani perpanjangan kontrak bersama tim pabrikan Yamaha. The Doctor nantinya masih akan memacu motor YZR-M1 hingga 2018. Berkaitan dengan kontraknya yang akan berujung akhir 2018 itu. Pembalap 37 tahun tersebut disebut-sebut oleh kepala mekanik tim pabrikan Yamaha, Silvano Galbusera, di sela-sela lomba Seri 14 MotoGP 2016 akhir pekan lalu, GP Aragon. Seperti diketahui, hubungan Valentino Rossi dengan Silvano Galbusera dibentuk hampir secara kebetulan. Difasilitasi oleh tes Superbike pertengahan 2010 pasca cedera. Mereka kembali bertemu beberapa tahun kemudian di garasi tim Yamaha MotoGP.

Dan ‘ikatan perkawinan’ mereka berjalan lancar, seakan hubungan kerja mereka telah berlangsung selama bertahun-tahun. Padahal, Galbusera-Rossi baru memasuki tahun ketiga, tapi sang kepala mekanik baru tampak sempurna sebagai pengganti sang legenda, Jeremy Burgess, dalam keluarga VR46. 

Saat diwawancarai GPOne, Galbusera sempat berbicara soal kapan Rossi bakal pensiun. “Saya akan merasa kecewa untuk berhenti bersama Valentino saat ini di mana level kebugarannya masih oke. Kalau benar terjadi, ini akan sangat disayangkan oleh semua orang. Saya yakin bahwa, jika dia telah membuat keputusan ini, itu karena dia yakin bahwa dia bisa tinggal di level performa yang sama. Adalah tidak mungkin baginya untuk berhenti sekarang.”

Apakah Anda sudah berpikir tentang musim mendatang?
“Saya pikir kita akan melanjutkan buat terus berada di level yang sama. Dan kemudian kita akan melihat apakah dia pensiun atau tidak. Saya tidak berpikir itu menjadi hal untuk diyakini. Kami masih akan melihat lagi apakah Rossi bakal pensiun dalam dua tahun lagi atau tidak. Saya tidak berpikir itu pasti.”

Apakah karena Valentino juga tampaknya menjadi lebih cepat tahun ini?
“Ini bukanlah sebuah sensasi tapi sebuah pengamatan: Dia memang lebih cepat. Kami telah mampu memanfaatkan kelebihan dari (ban) Michelin daripada yang lain dan kami menemukan setelan dasar yang lebih baik, sebagian berkat pengalaman dari tahun lalu. Pada kedua bagian, baik dari kami dan dia. Kami telah mendekati performa maksimal dan pada setiap akhir pekan, kami memulai dari pengaturan yang mana lebih dekat dengan yang terakhir. Data dari tahun lalu tidak jauh berbeda dengan musim ini.”

Nah sehari berselang, giliran Rossi sendiri yang mengkonfirmasi pernyataan dari Galbusera. Ini kata The Doctor:
“Secara keseluruhan saya setuju dengannya. Sebenarnya saya sudah merasa takut (paranoid) tentang ide berhenti balapan pada akhir 2018,” tutur The Doctor sambil tersenyum kepada GPOne.

“Saya suka membuat rencana jangka panjang. Pada 2018, saya akan mencoba berpikir keras dan semuanya bakal bergantung kepada hasil balapan saya (pada musim terakhir kontrak saat ini di Yamaha),” imbuh juara dunia kelas bergengsi tujuh kali tersebut.

Apakah ada sebuah sisi negatif (yang Anda takutkan) saat itu (akhir 2018)?
“Saat itu (usia saya 39 tahun). Mungkin agak sedikit memalukan (bagi saya) untuk terus melanjutkan balapan (di lintasan) setelah usia 40 tahun,” tandas Rossi sambil tertawa.

Nah, apakah ini pertanda Rossi baru akan pensiun di usia 40 tahun? Artinya, pembalap Italia tersebut kemungkinan besar masih akan balapan hingga 2019, sebagai musim terakhirnya di MotoGP? 

Apakah itu berarti pula kalau The Doctor masih membuka kans menambah durasi kontraknya hingga 2019? Tetap bersama Yamaha atau kembali ke Honda atau menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas di Ducati?

Source from SinDoNews

Dua Pembalap Ducati Ribut

 


motogpbrave.blogspot.com - Scott Redding mengecam gaya balapan Danilo Petrucci. Pembalap Inggris mengaku sudah kehilangan respek dengan rekan setimnya di Pramac Ducati yang memuncak di Sirkuit Motorland Aragon dalam Grand Prix Spanyol, Minggu (25/9/2016). Dalam balapan seri ke-14 musim ini, Redding dan Petrucci yang start dari posisi sembilan dan sepuluh saling bersenggolan di lap kedua. Imbasnya, Redding sampai keluar lintasan dan terjatuh. Kejadian itu pada akhirnya membuat Petrucci juga diganjar penalti. Bukan pertama kalinya Petrucci terlibat insiden dengan pembalap lain. Di GP Austria, senggolannya membuat Eugene Laverty terjatuh. Menanggapi aksi Petrucci di Aragon, Redding mengumpat kesal. Peraih podium ketiga di GP Belanda itu mengaku sudah hilang rasa hormat dengan rekannya.

"Kami punya beberapa kali momen berdekatan, tapi bukan pertama kalinya dia (Petrucci) melempar seseorang ke luar lintasan atau seseorang mengecamnya karena aksinya berbahaya. Dia membuat pergerakan yang lambat dan sangat dalam, seperti kepada Laverty di Red Bull Ring. Hal itu tak mungkin dilakukan dan ini adalah omong kosong yang sama," geram Redding seperti dilansir MCN.

"Bagi saya balapan memang harus dekat dan memang bisa menimbulkan senggolan, tapi sampai membuat orang jatuh itu terlalu kelewatan. Tentu saja dia mengatakan dia bermasalah, sebab tidak ingin mengakui dia salah. Jika anda punya kerusakan mesin, anda harus melihatnya sejak lap pertama. Ya dia dapat penalti, tapi sudah dua kali dalam lima seri terakhir," imbuhnya.

Petrucci sendiri bukannya tak menyadari kesalahannya. Setelah race, pembalap Italia meminta maaf secara langsung kepada Redding.

"Saya minta maaf kepadanya dan saya tidak ingin membuat pembelaan, itu salah saya. Saya tidak tahu mengapa ia terjatuh di tepi. Tapi saya minta maaf. Sudah kedua kalinya terjadi tahun ini dan tidak pernah terjadi kepada saya sebelumnya. Dia sangat marah dan dia pantas melakukannya sebab saya merusak balapannya," sesalnya.

Source from SinDoNews

tak ingin Lorenzo jatuh, Rossi melebar

 


motogpbrave.blogspot.com - Drama persaingan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo kembali terjadi di lap akhir Grand Prix Spanyol di Sirkuit Motorland Aragon, Minggu (25/9/2016). Saat berebut posisi runner up, dua rider Movistar Yamaha saling overtake yang akhirnya dimenangkan Lorenzo sebab The Doctor melebar di tikungan. Memulai balapan dari posisi yang berbeda, Rossi sempat memimpin jalannya balapan. Namun memasuki lap-14, posisinya bisa digerus Marc Marquez. Saat laju pembalap Repsol Honda tak terbendung, Rossi seolah kehilangan kecepatannya. Sampai di lap ke-19, Lorenzo akhirnya menyalip rekan setimnya di tikungan keempat Sirkuit Aragon.

Mengingat Rossi butuh banyak poin agar peluang juaranya tetap terbuka, mau tak mau ia mesti bertarung sengit merebut podium kedua. Kesempatan itu datang di lap ke-22 atau satu lap jelang finis. Tepatnya di tikungan ke-12, Rossi punya celah menyalip Lorenzo. Saat berhasil memotong dari sisi dalam Lorenzo, pembalap Italia gagal mengarahkan motornya masuk ke tikungan. Walhasil, Rossi malah melebar dan jaraknya dengan Lorenzo malah makin menjauh.

Aksi tersebut membuat Rossi mesti rela mendapat podium ketiga di Aragon. Prestasi yang sama ketika ia balapan di sana pada musim 2013 dan 2015. Aksi menyalip Rossi pun membuatnya dicecar banyak pertanyaan oleh jurnalis. Maklum, gaya overtake Rossi di San Marino sempat dikecam Lorenzo yang menilai terlalu bahaya. Lalu apa jawaban Rossi soal aksinya tadi malam? Juara dunia sembilan kali mengatakan ia melebar sebab menghindari tabrakan dengan Lorenzo.

"Saya sudah maksimal, tapi Lorenzo di paruh kedua balapan sangat kuat. Dia menyalip saya dan berada di depan, tapi saya masih berada di belakangnya," ucap Rossi seperti dilansir Eurosport, Senin (26/9/2016).

"Dari belakang, saya bertahan dengannya dan saya ingin membuat pertarungan di lap terakhir. Sayang, saya membuat kesalahan pengereman,"

Saya mengerem, tapi masih terlalu cepat dan itu terlalu bahaya. Jadi saya memutuskan untuk memotong tikungan dan melebar. Jika tidak, kami akan bersenggolan atau bisa jadi bencana," ungkapnya. Lorenzo sendiri menyadari rekannya memang sudah menyiapkan strategi serangan di lap akhir. Ia pun bersyukur Rossi membuat kesalahan sehingga posisi dua bisa ia amankan.

"Ketika saya salip Rossi, saya langsung kehilangan kecepatan jadi Rossi tetap berada di belakang. Saya tahu dia ingin coba menyalip di lap terakhir," ungkap Lorenzo.

"Saya beruntung kali ini dia membuat kesalahan pengereman. Sebab, saya yakin pertarungan kami bisa terjadi sampai tikungan terakhir," ucapnya.

Source from SinDoNews

Rossi ingin sapu bersih sisa seri tetapi motor Yamaha

 


motogpbrave.blogspot.com - Pasca lomba GP Aragon 2016, Valentino Rossi mengakui bahwa tim pabrikan Yamaha sedang dinaungi kekhawatiran. Khususnya setelah Honda telah memenangkan lima dari tujuh seri belakangan. Ya, kemenangan Valentino Rossi di GP Catalunya, Juni 2016, merupakan kemenangan terakhir yang diraih oleh tim berlambang garpu tala tersebut pada kelas bergengsi. Semenjak itu, tak satupun pembalap Yamaha menaiki podium utama. Sejak saat itu pula, Honda malah jadi raja, karena mereka telah memenangkan lima dari tujuh balapan teraktual. Marc Marquez menyumbangkan dua podium teratas pada dua seri. Rekan setimnya di Repsol Honda, Dani Pedrosa, ikut menambah satu gelar seri.

Kemudian dua pembalap dari tim satelit Honda, yakni Cal Crutchlow serta Jack Miller juga kedapatan menyumbang masing-masing satu gelar seri. Sementara Ducati dan Suzuki kebagian masing-masing satu gelar via Andrea Iannone serta Maverick Vinales.

“Saat ini kami agak khawatir dan mesti mencoba melakukan yang lebih baik, karena Honda telah memenangkan banyak lomba belakangan dengan pembalap berbeda, sedang kami tidak pernah menang lagi sejak di Barcelona,” sembur Rossi seusai finis ketiga di balapan GP Aragon 2016 akhir pekan lalu, di belakang Jorge Lorenzo (podium kedua) dan Marquez (podium teratas) seperti dilaporkan Motorsport.

“Kami harus segera memahami apa yang kami butuhkan untuk meningkatkan kemampuan, karena masih ada empat balapan krusial tersisa musim ini, dan saya ingin memiliki kans buat berjuang memenangkan setiap serinya,” imbuh pembalap 37 tahun asal Italia tersebut.

Juara dunia tujuh kali kelas bergengsi itu menambahkan: “Kami bisa meletakkan dasar-dasar untuk membuat langkah maju tahun depan, dan sirkuit berikutnya tidak begitu bagus buat motor kami. Pada awal tahun ini, motor kami adalah yang terbaik. Tapi sekarang kami harus bekerja keras.”

Source from SinDoNews

Danillo Petrucci Pasrah dimusuhi rekan sendiri

 


motogpbrave.blogspot.com - Perpecahan melanda tim Pramac Ducati. Dua pembalap mereka, Scott Redding dan Danillo Petrucci punya hubungan buruk usai melakoni balapan di Sirkuit Aragon, Minggu (25/9/2016). Keributan bermula saat Petrucci tidak sengaja menyenggol motor milik Redding ketika balapan berjalan dua lap. Karena senggolan itu, Redding sampai terjatuh dan keluar dari lintasan. Atas ulahnya ini, Petrucci mendapat hukuman dari race direction.

"Ini bukan pertama kalinya dia (Petrucci) melakukan hal tersebut. Saat balapan, kemungkinan besar Anda bakal bersenggolan dengan pembalap lainnya. Tapi kalau sampai mencelakai orang lain, itu sudah kelewatan," ucap Redding murka. 



Menanggapi ini, Petrucci cuma bisa pasrah. Ia mengakui kesalahannya dan tak segan meminta maaf pada Redding.

"Saya sudah berusaha mengerem, tapi tidak berhasil. Saat saya coba melewati Scott (Redding), saya tidak menyangka bahwa pada akhirnya kami bersenggolan dengan keras. Setelah itu dia mengalami kecelakaan, tapi hal tersebut bukan salah saya. Saya mengaku salah karena membuat dia keluar lintasan. Tapi saat dia jatuh, itu bukan salah saya," ungkap Petrucci.

"Jujur, saya kasihan dengannya. Saya tidak ingin melakukan pembelaan. Ini murni kesalahan saya. Saya sudah minta maaf dan menerima hukuman yang diberikan. Tapi kelihatannya dia sangat marah," tambahnya yang dikutip dari Motorsport.

Karena kejadian ini, Redding terpaksa menyudahi lomba di posisi 19. Sementara Petrucci finis di urutan 17.

Source from SinDoNews

insting yg membawa Lorenzo podium 2 mengalahkan Rossi

 


motogpbrave.blogspot.com - Jorge Lorenzo merebut podium kedua di Sirkuit Motorland Aragon dalam Grand Prix Spanyol, Minggu (25/9/2016). Meski gagal pertahankan kemenangan yang diraih tahun lalu, pembalap Movistar Spanyol tetap puas sebab strateginya berbuah manis. Lorenzo yang memulai start dari posisi tiga, sempat bersaing di awal balapan. Bersama Marc Marquez, Maverick Vinales dan Valentino Rossi, juara bertahan MotoGP mampu meramaikan perburuan posisi pemimpin balapan. Perlahan tapi pasti, pembalap mulai mendapat masalah di Aragon. Setelah Vinales membuat kesalahan, persaingan tinggal menyisakan nama Lorenzo, Rossi, dan Marquez.

Setelah Rossi tergerus dari posisi pertama akibat disalip Marquez, Lorenzo pun ingin melakukan hal serupa. Hingga akhirnya, ia bisa menangkan persaingan dengan Rossi jelang lap terakhir dan mengklaim posisi runner up di garis finis Aragon. Setelah race, Lorenzo mengaku puas dengan capaiannya kali ini. Sebab, ide cerdas soal pemilihan ban yang muncul setelah terjatuh di sesi pemanasan berbuah manis yakni podium kedua di Aragon. 

"Terkadang situasi buruk atau hal buruk bisa memberi hal yang bagus dan itu yang terjadi ketika saya jatuh. Saya hampir cedera dan hampir kesakitan, sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Tapi saya juga melakukannya dalam dua kali sesi latihan, sekali dengan ban keras dan sekali dengan ban lembut," tuturnya seperti dilansir GP update, Senin (26/9/2016).

"Akhirnya, dua lap dengan menggunakan ban bertipe hard memberi saya keyakinan yang bagus. Meski saya terjatuh di pemanasan dan lebih lambat, insting saya mengatakan saya mesti mengganti satu ban balapan dengan jenis hard. Jatuhnya itu ditambah insting saya memberi kesempatan untuk melewati balapan seperti yang saya inginkan,"

"Saya tidak berharap finis di podium, saya berpikir mungkin akan finis di peringkat enam atau tujuh. Ini pekan yang sulit bagi saya, tapi terkadang situasi itu membawa anda ke performa terbaik," tutupnya.

Source from SinDoNews

Menang di Jepang bagai menang Lotre

 

motogpbrave.blogspot.com - Secara matematis, Marc Marquez tinggal butuh satu kemenangan lagi agar bisa mengunci titel juara dunia MotoGP 2016. Pembalap Repsol Honda pun akan sangat senang bisa meraihnya di seri Jepang yang berlangsung 16 Oktober mendatang. Kemenangan Marquez di Sirkuit Motorland Aragon, Minggu (25/9/2016) membuatnya kini unggul 52 angka dari Valentino Rossi selaku pesaing terdekatnya. Dengan kejuaraan menyisakan empat seri, kemungkinan Marquez butuh dua kemenangan lagi untuk memastikan gelarnya.

Sebenarnya dengan selisih 52 poin, Marquez bisa saja memastikan gelarnya andai jadi pemenang di Sirkuit Motegi bulan depan, dengan catatan Rossi gagal mendulang poin sama sekali. Dengan begitu, maka selisih poinnya jadi 77 dan tidak mungkin terkejar lagi. Namun rival asal Yamaha dipastikan tetap berjuang merebut poin yang jelas sedikit menghambat laju The Baby Alien merengkuh titel ketiganya.

Marquez sendiri sudah menegaskan, empat seri tersisa akan sangat sulit mengingat ia mesti bersabar untuk tak membuat kesalahan. Bahkan ia mengaku tidak akan bisa mengunci gelar juara di markas Honda nanti. Namun begitu, bukannya Marquez tak berharap bisa lebih cepat mengunci gelarnya. Ia pun membayangkan bagaimana rasanya bisa memastikan gelar di Jepang nanti.

"Hal terpenting adalah bisa mengunci gelar juara, entah kapan pun itu. Saya tidak berpikir itu dilakukan di Jepang, jika bisa, rasanya pasti seperti menangkan lotre," harap Marquez seperti dilansir Motorsport.

"Jika ingin juara, ada waktu yang tepat kapan anda harus mengejarnya. Hal terpenting saat ini adalah menunggu momen kami. Jika kami gagal menang di Aragon, kami tak mungkin punya akhir pekan yang baik,"

Ada pun kendala lain untuk Marquez adalah trek Motegi yang tidak cukup bersahabat untuk Honda. Namun pembalap Spanyol mengaku sudah tahu triknya agar bisa jadi pemenang di depan publik sendiri. 

Source from SinDoNews

Rossi: bisa saja saya tabrak Lorenzo

 


motogpbrave.blogspot.com - Drama persaingan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo muncul di lap akhir balapan Grand Prix Spanyol akhir pekan lalu. Momen tersebut dinilai The Doctor nyaris berujung insiden tabrakan seperti yang dilakukan Andrea Iannone di Catalunya. Rossi dan Lorenzo sempat bertarung sengit saat memperbutkan posisi runner up balapan di Sirkuit Motorland Aragon, Minggu (25/9/2016). Dua rider Movistar Yamaha itu saling overtake di lap ke-22 untuk berusaha finis di bawah Marc Marquez. Dalam pertarungan yang terjadi di tikungan ke-12, Rossi sempat menyalip rekannya dari sisi dalam. Namun karena salah dalam mengambil pengereman, pembalap Italia malah nyelonong keluar jalur. Lorenzo menjauh dan Rossi harus puas finis di tempat ketiga.

Rossi sebelumnya sudah mengungkapkan alasannya mengapa pada akhirnya melebar di tikungan. Faktor keselamatan jadi pertimbangannya kala itu. Namun rupanya Rossi sempat terpikirkan membuat keputusan lain. Ia mengaku bisa saja memaksakan diri memotong jalur rekannya, dengan konsekuensi bakal terjadi tabrakan.

Rossi merujuk pada insiden yang terjadi antara Iannone dan Lorenzo di Grand Prix Catalunya 5 Juni lalu. Ketika itu, pembalap Ducati menabrak pembalap Spanyol di lap ke-16.

Rossi bercanda, ia bisa saja meneruskan aksinya dan berujung tabrakan dengan Lorenzo. Namun insiden melibatkan sesama rekan setim dikhawatirkan malah menimbulkan konflik baru.

"Saya belum mencoba melewatinya sebab selalu sulit sebelumnya. Ini cukup memalukan karena di lap terakhir saya berusaha menyerangnya. Memang itu akan sulit, tapi jelas sangat bagus," ucap Rossi seperti dilansir Marca

"Saya gagal di Turn 12 karena saya menikung terlalu panjang dan berpikir apakah saya akan seperti Iannone di Barcelona? Itu akan lebih baik, tapi saya berpikir ini sesama pembalap Yamaha, selain karena faktor risiko," candanya.

"Akhirnya saya sedikit telat dan lumayan berisiko melakukan tikungan yang bahkan mungkin ia (Lorenzo) juga bisa diberikan. Setelah balapan di Misano, saya jauh lebih takut apa yang akan terjadi setelahnya. Itu bercanda. Saya akhirnya memutuskan meninggalkannya. Ketika gagal dan tertinggal, lebih baik meninggalkannya," tutupnya.

Soal balapan di Sirkuit Misano, Rossi merujuk pada protes yang dilakukan Lorenzo di sesi konferensi pers pasca-balapan. Juara bertahan MotoGP itu menilai gaya balapan Rossi terlalu bahaya saat menyalipnya di tikungan ke-14.

Source from SinDoNews

Randy Mamola: Rossi harus sopan

 


motogpbrave.blogspot.com - Legenda balap kelas 500cc, Randy Mamola, mencibir sikap Valentino Rossi dalam seri balap San Marino beberapa waktu lalu. The Doctor dinilai perlu belajar sopan santun atas apa yang ia lakukan di depan pendukungnya sendiri ketika itu. Dalam kolom yang ia tulis di Motorsport, Rabu (28/9/2016), Mamola merujuk pada keputusan FIM yang mewakili Asosiasi Tim (IRTA) menghubungi tim MotoGP untuk memberi peringatan. Ada dua pesannya: gerakan ofensif dan perilaku tidak sopan sangat dilarang di kejuaraan dan mereka mesti menghindarinya. Petinggi balapan bisa memberi denda bagi siapa saja yang melakukannya.

Mamola menyebutkan, pesan itu ditujukan kepada aksi acungan jari tengah Rossi kepada pembalap Suzuki Aleix Espargaro. Ketika itu, keduanya sempat bersitegang di Free Practice 2 Grand Prix San Marino di mana The Doctor mengacungkan jari tengah sambil menggerutu di tepi lintasan akibat Aleix dianggap memotong jalurnya. FIM ternyata turun tangan atas kejadian tersebut. Mamola pun setuju jika itu harus ditindak.

"Gerakan yang mungkin menghasut banyak orang, tetapi juga hal sepele yang bisa berujung fatal sehingga FIM turut campur tangan. Saya mendukung hal itu," tulis Mamola.

"Anda harus hati-hati karena apa yang terlihat bisa menyebabkan banyak masalah. Pada hari Sabtu misalnya, Nicolo Bulega adalah pembalap pertama yang didenda 300 euro untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan bosnya di tim VR46 (Rossi)," imbuhnya.

Lebih lanjut, Mamola pun kembali menyoroti insiden perang argumen di sesi konferensi pers pasca-balapan di Misano antara Rossi dan Lorenzo. Pembalap Italia lagi-lagi disebut tidak punya tata krama.

Ketika itu, Lorenzo sedang menjelaskan bagaimana aksi Rossi menyalipnya di tikungan ke-14 Sirkuit Misano. Menurut pembalap Spanyol, gaya rekan setimnya sangat agresif dan berbahaya.

Rossi tidak suka dengan perkataan tersebut. Sambil tertawa setengah meledek, juara dunia sembilan kali memotong ucapan Lorenzo untuk membantahnya. Ia mengklaim pembalap lain, termasuk Lorenzo, juga pernah melakukan manuver berbahaya. Ketegangan itu jelas memantik perseteruan baru dua pembalap Yamaha yang sudah berlangsung sejak tahun lalu.

Mamola menyayangkan kejadian tersebut. Sebagai pembalap populer yang disaksikan jutaan pasang mata, Rossi seharusnya menunjukkan sikap sopan santun saat orang lain sedang bicara yakni tidak menyelanya.

"Dalam hal ini, MotoGP menghadapi berbagai jenis masalah yang memerlukan berbagai jenis tindakan dari penyelenggara. Saya sedang bicarakan tentang perilaku pengendara selama tampil di TV," tulisnya.

"Di Misano, Lorenzo kembali terbawa sikap kurangnya tata krama Rossi. Pembalap Italia cenderung bicara dengan siapa pun di sampingnya ketika orang lain sedang menjawab pertanyaan,"

"Itu yang membuat fotografer fokus kepadanya, sesuatu yang memang mengganggu ketika ada yang bicara dan menimbulkan keberisikan. Casey Stoner sekali berhenti bicara di tengah-tengah jawabannya dan cuma menatap Rossi sampai dia menutup dan melanjutkannya," tandasnya.

Sikap Rossi yang demikian memang sempat dikeluhkan Lorenzo. Juara bertahan MotoGP menyebut Rossi tidak punya sikap yang patut dicontoh sebab sudah memotong ucapannya, terlepas dari apa yang dibahas.

Source from SinDoNews

Monday 26 September 2016

ini alasan Rossi setelah di kalahkan dua Rider Spanyol

 

motogpbrave.blogspot.com - Sempat memimpin balapan GP Aragon 2016 pada pertengahan lomba, Valentino Rossi akhinya harus puas mengakhirinya Seri 14 MotoGP musim ini dengan berada di podium ketiga. Salah satu poin krusial yang membuat The Doctor mendapatkan hasil finis ini ialah akibat kesalahan yang dibuatnya kala mengovertaking Jorge Lorenzo dua lap jelang lomba berakhir. Ya, saat itu Rossi sedang berusaha kembali ke posisi kedua dari rekan setimnya. Namun pada sebuah tikungan di mana dia sudah melewati Lorenzo, ternyata titik pengeremannya terlalu dalam hingga membuat laju motornya tak bisa dikuasai untuk segera bermanuver ke arah kiri.

Pada akhirnya di tikungan itu, pembalap tim Yamaha Movistar tersebut mesti melebar ke luar lintasan agar laju motornya bisa dikuasai buat membelok. Kesalahan ini membuat Lorenzo melenggang untuk finis di podium kedua.

Bagi Rossi, kesalahan ini tidak hanya membuatnya kehilangan podium kedua. Tapi juga makin menjauhkan selisih angkanya dengan Marc Marquez di klasemen kejuaraan dunia MotoGP 2016 menjadi 52 poin dengan sisa empat balapan.

“Sungguh menyesali kesalahan tadi, dengan sisa dua lap. Kami sebenarnya bisa bertarung dengan Lorenzo untuk bersaing memperebutkan posisi finis kedua, tapi saya melakukan sebuah kesalahan,” tutur Rossi pasca lomba GP Aragon 2016 seperti dilaporkan Motorsport.

“Kami mencoba untuk bekerja keras, membuat setelan agar bisa menghemat permukaan ban untuk bagian kedua lomba. Tapi sayangnya, strategi itu tidak berjalan dengan baik. Saya sedikit mengalami kesulitan dan juga Jorge mengalahkan saya karena pada akhir lomba dia tampil lebih cepat,” imbuh pembalap juara dunia MotoGP tujuh kali itu.

“Bagaimanapun juga, finis di podium adalah hasil yang bagus. Saya kehilangan empat poin dari Jorge, tapi kami masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan di sana sini. Ini adalah akhir pekan yang solid, kami telah bekerja dengan baik, kami juga mencoba beberapa hal berbeda namun sayangnya tidak bekerja dengan oke,” kata Rossi melanjutkan.

Lantas bagaimana dengan Marquez? Rossi yang start dari baris kedua mengaku dia tidak bisa mengikuti konsistensi kecepatan Si Bayi Alien selama lomba GP Aragon 2016 akibat tingkat kelekatan ban belakangnya yang tidak sebagus biasanya.

“Ban depan yang dipakai Marquez bila dibandingkan dengan yang saya pakai tidak berbeda jauh (dari kinerjanya). Tapi untuk bagian belakang, saya menderita. Pada motor Yamaha, ban belakang kami berputar lebih banyak dari biasanya dan kami tidak bisa mengatasi itu. Walau begitu, kami tetap menempatnya dua motor di podium. Tanpa kesalahan itu, saya sebenarnya masih bisa finis kurang dari tiga detik di belakang Marquez,” tutup Rossi.

Source from SinDoNews

Rossi dikalahkan oleh Marc di Aragon

 


motogpbrave.blogspot.com - Valentino Rossi kembali finis di belakang Jorge Lorenzo dan Marc Marquez, setelah dia hanya merebut podium ketiga di Sirkuit Aragon, Minggu (25/9/2016) malam WIB. Menurut The Doctor, hasil balapan tersebut membuatnya semakin sulit mengejar gelar juara dunia ke-10. Dengan hanya merebut posisi ketiga di Aragon, Rossi saat ini terpaut 52 poin dari Marquez yang pada hari ini sukses memenangkan gelar juara seri. Jarak angka tersebut dianggap sulit mengingat balapan hanya menyisakan empat race. 

"(Peluang memenangkan gelar -red) itu sulit dengan jarak 52 poin. Saya tidak ingin memikirkan gelar juara dunia, kami hanya perlu bekerja di sisa musim dengan fokus memenangkan podium, atau bahkan memenangkan balapan," kata Rossi, dikutip Crash, (25/9/2016). 

"Tim kami (Yamaha) belum pernah memenangkan lomba sejak race di Barcelona, sementara Honda dan Suzuki menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Kami perlu memahami dan berusaha untuk menjadi kompetitif hingga akhir seri 2016 ini," lanjut pembalap Italia tersebut. 

Sekadar informasi, saat tampil di Sirkuit Aragon, Minggu (25/9/2016) Rossi mampu memimpin lomban hingga setidaknya lap ke-23. Namun setelah itu, Marc Marquez dan Jorge Lorenzo meningkatkan persaingan dan sukses finis di depan Rossi. 

Marquez memenangkan balapan tersebut dengan catatan waktu 41 menit 57.678 detik sedangkan Lorenzo finis di posisi ke dua dengan catatan waktu  42 menit 0.418 detik.

Source from SinDoNews

Usai kalahkan Rossi, ini komentar Marc

 


motogpbrave.blogspot.com - Marc Marquez berhasil memperbesar jarak poin dari para rival di klasemen setelah dia memenangkan seri grand prix Aragon, Minggu (26/9/2016) malam WIB. Selepas balapan, The Baby Alien mengaku dia perlu ekstra hati-hati untuk menghindari terjatuh. "Ini adalah keuntungan yang manis, tapi kami harus tetap fokus karena insiden dalam kecelakaan sangat mudah terjadi,” tutur Marquez, sebagaimana dimuat laman resmi MotoGP, Senin (26/9/2016). 

Rekan satu tim Dani Pedrosa itu juga menuturkan bahwa musim ini hampir seluruh balapan di lakukan jauh dari ekspektasi di sesi latihan. Biasanya, menurut Marquez, jalannya balapan tidak akan jauh dengan feeling pada saat latihan. 

"Setelah pemanasan, segalanya terlihat berada dalam kontrol. Tapi Anda tahu, di dalam balapan dan khususnya musim ini, feeling yang Anda miliki di atas trek kerap berubah," kata Marquez.

"Begitu saya keluar ke sirkuit, rasanya sulit untuk bisa mendapatkan feeling seperti yang saya miliki saat latihan. Tapi, saya memutuskan untuk tetap konsentrasi sejak balapan dimulai," sambung juara dunia dua kali MotoGP itu. 

Dengan gelar seri di Aragon, Marquez saat ini memimpin 52 poin dari Valentino Rossi. Sementara dengan empat balapan tersisa, The Baby Alien menjadi sala hsatu kandidat kuat peraih gelar juara dunia musim ini.

Source from SinDoNews

Hasil Lengkap GPAragon

 


motogpbrave.blogspot.com - Usai sudah pentas MotoGP di Sirkuit Aragon. Minggu (25/9/2016) balapan diselesaikan dengan kemenangan pembalap Repsol Honda, Marc Marquez.

The Baby Alien jadi yang tercepat dengan catatan waktu 41 menit 57.678 detik. Ia mengalahkan dua pembalap Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi. Lorenzo finis di posisi dua dengan waktu 42 menit 0.418 detik dan Rossi menyusul di belakangnya dengan torehan 42 menit 3.661 detik.

Berkat kemenangannya ini, Marquez makin kokoh di puncak klasemen pembalap. Hingga seri ke-14 ia sudah mengoleksi 248 poin. Marquez unggul 52 angka dari Rossi dan 66 angka dari Lorenzo.

Berikut hasil GP Aragon 2016:
1. Marc Marquez - Repsol Honda Team - 41m 57.678s
2. Jorge Lorenzo - Movistar Yamaha - 42m 0.418s
3. Valentino Rossi - Movistar Yamaha - 42m 3.661s
4. Maverick Viñales - Team Suzuki Ecstar - 42m 5.916s
5. Cal Crutchlow - LCR Honda - 42m 10.899s
6. Dani Pedrosa - Repsol Honda Team - 42m 14.750s
7. Aleix Espargaro - Team Suzuki Ecstar - 42m 16.200s
8. Pol Espargaro - Monster Yamaha Tech 3 - 42m 17.110s
9. Alvaro Bautista - Factory Aprilia Gresini - 42m 20.749s
10. Stefan Bradl - Factory Aprilia Gresini - 42m 25.576s
11. Andrea Dovizioso - Ducati Team - 42m 30.126s
12. Michele Pirro - Ducati Team - 42m 32.711s
13. Hector Barbera - Avintia Racing - 42m 33.902s
14. Eugene Laverty - Aspar MotoGP Team - 42m 35.299s
15. Nicky Hayden - Estrella Galicia 0,0 Marc VDS - 42m 38.187s
16. Yonny Hernandez - Aspar MotoGP Team - 42m 41.584s
17. Danilo Petrucci - Octo Pramac Yakhnich - 42m 54.418s
18. Loris Baz - Avintia Racing - 42m 57.359s
19. Scott Redding - Octo Pramac Yakhnich - 43m 31.804s

Berikut klasemen sementara MotoGP 2016:
Hasil Lengkap GP Aragon dan Klasemen MotoGP 2016

Source from SinDoNews

Ciabatti: Persiapan GP17 untuk Lorenzo berbeda dari Rossi dulu

 


motogpbrave.blogspot.com - Tim pabrikan Ducati di MotoGP, Ducati Corse, tampak benar-benar mempersiapkan diri buat bertarung sekaligus bersaing memperebutkan gelar juara dunia pembalap MotoGP musim depan. Hal itu terkuak dari keterangan salah satu petinggi tim Ducati Corse kepada sebuah media asal Italia jelang perlombaan GP Aragon 2016, Minggu (25/9). Mengapa Ducati begitu percaya diri?. Nah, salah satu hal yang sudah pasti untuk aturan pada motor musim depan ialah larangan pemasangan winglets. Selain dari itu atau sisanya, motor Ducati GP17 disebut sudah memasuki tahap pengembangan terakhir.

Seperti disarikan dari GPOne, Ducati GP17 telah dibangun dengan keyakinan maksimal. Dan motor yang akan dipacu oleh Jorge Lorenzo serta Andre Dovizioso musim depan itu tak lama lagi akan muncul di lintasan.

“Kami terus dan sedang mengerjakan itu, agar Desmosedici versi 2017 sudah siap buat tes pra-musim pertama yang akan berlangsung di Sirkuit Valencia pasca seri terakhir musim ini,” sembur direktur olah raga Ducati Corse, Paolo Ciabatti.

Bagi fans tim asal distrik Borgo Paginale, Bologna itu tentu ini merupakan kabar baik. Ada kemungkinan Ducati tidak mau mengulang kesalahan serupa musim-musim sebelumnya, yakni dengan menyajikan motor baru pada tes pra-musim awal tahun, termasuk ketika Valentino Rossi jadi pembalap utama mereka.

Kali ini, Ducati ingin mempercepat para pembalapnya menyesuaikan diri dengan motor sekaligus akan lebih cepat pula mendapat umpan balik dari pembalap mereka pada November 2016. 

Jadinya ketika libur musim dingin, mekanik tim mereka sudah bisa mengerjakan sekaligus mengembangkan pengubahan motor dengan hasil umpan balik dari para pembalapnya dari tes pasca musim. 

Biasanya, dua pembalap tim pabrikan Ducati akan mendapatkan prioritas. Yang mana motor GP17 yang dipersiapkan untuk tim Pramac, kemungkinan baru akan bisa diberikan kepada tim satelit mereka itu buat dijajal pada sesi tes pra-musim di Malaysia, yang dijadwalkan berlangsung 30 Januari-1 Februari 2017.

Source from SinDoNews

komentar Galbusera mengenai Rossi, Marc, Michelin

 

motogpbrave.blogspot.com - “Biasanya, kemampuan atau performa seorang pembalap profesional akan menurun setelah usia tertentu. Valentino Rossi adalah pengecualian. Memulai dari awal setelah musim lalu itu sulit.” Begitulah cuplikan kalimat yang bisa diambil dari hasil wawancara GPOne terbaru dengan Silvano Galbusera, kepala mekanik tim Valentino Rossi sejak 2014 yang dipublikasikan pada Sabtu (25/9). Hubungan Valentino Rossi dengan Silvano Galbusera dibentuk hampir secara kebetulan. Difasilitasi oleh tes Superbike pertengahan 2010 pasca cedera. Mereka kembali bertemu beberapa tahun kemudian di garasi tim Yamaha MotoGP.

Dan ‘ikatan perkawinan’ mereka berjalan lancar, seakan hubungan kerja mereka telah berlangsung selama bertahun-tahun. Padahal, Galbusera-Rossi baru memasuki tahun ketiga, tapi sang kepala mekanik baru tampak sempurna sebagai pengganti sang legenda, Jeremy Burgess, dalam keluarga VR46. Berikut kami sarikan hasil wawancara GPOne dengan Silvano Galbusera.

Silvano, ketika Anda menerima telepon dari Rossi, apakah Anda berpikir akan bekerja sama dengannya selama ini?
“Dari pengalaman, saya berpikir bahwa pada usia tertentu seorang pembalap akan mulai menurun kemampuannya. Valentino adalah pengecualian. Kami menjalani tahun pertama yang bagus. Pada tahun kedua, kami berjuang dan bersaing untuk gelar juara dunia dan pada tahun ketiga (2016) juga berlangsung dengan baik.

Jadi Anda tidak terkejut ketika dia mengatakan kepada Anda bahwa dia akan terus membalap selama dua tahun kedepan?
“Saya akan merasa kecewa untuk berhenti bersama Valentino saat ini di mana level kebugarannya masih oke. Kalau benar terjadi, ini akan sangat disayangkan oleh semua orang. Saya yakin bahwa, jika dia telah membuat keputusan ini, itu karena dia yakin bahwa dia bisa tinggal di level performa yang sama. Adalah tidak mungkin baginya untuk berhenti sekarang.”

Apakah Anda sudah berpikir tentang musim mendatang?
“Saya pikir kita akan melanjutkan buat terus berada di level yang sama. Dan kemudian kita akan melihat apakah dia pensiun atau tidak. Saya tidak berpikir itu menjadi hal untuk diyakini.”

Apakah karena Valentino juga tampaknya menjadi lebih cepat tahun ini?
“Ini bukanlah sebuah sensasi tapi sebuah pengamatan: Dia memang lebih cepat. Kami telah mampu memanfaatkan kelebihan dari (ban) Michelin daripada yang lain dan kami menemukan setelan dasar yang lebih baik, sebagian berkat pengalaman dari tahun lalu.”

“Pada kedua bagian, baik dari kami dan dia. Kami telah mendekati performa maksimal dan pada setiap akhir pekan, kami memulai dari pengaturan yang mana lebih dekat dengan yang terakhir. Data dari tahun lalu tidak jauh berbeda dengan musim ini.”

Perebutan gelar juara dunia 2016 masih terbuka, bagaimana balapan sisa musim ini menurut Anda?
“Saya berharap kami memiliki 10 seri lagi. Marquez juga beruntung karena kesalahan Rossi di Mugello harus dibayar mahal, sebagaimana juga di Assen. Selain itu, masalah kopling di Austin juga mempengaruhi. Mungkin kami membuat lebih banyak kesalahan dari yang dibuat Valentino.”

Apakah comeback Rossi atas Marquez masih memungkinkan?
“Saya tidak akan mengatakan tidak mungkin. Tetapi jika dia (Rossi) membuat kesalahan serius, tentu itu akan sangat sulit. Kami akan mencoba untuk tetap berada di depannya (Marquez) dan memenangkan balapan. Posisi kedua juga dipertaruhakan melawan Lorenzo.”

Berbicara soal Lorenzo, telah terjadi ribut mulut antara dirinya dengan Rossi (di lomba Misano) dan apakah itu memberi sebuah dampak di garasi tim (Yamaha)?
“Setiap tim berurusan dengan pembalapnya sendiri. Tapi di antara kami para mekanik sama sekali tidak ada masalah apapun. Dari semuanya, malah ini adalah musim paling tenang dibandingkan dengan masa lalu. Suasana di garasi tidak berubah.”

Rossi mengatakan bahwa apa yang terjadi tahun lalu berdampak pada awal musim ini. Apakah berlaku sama pula terhadap Anda?
“Dia bukan satu-satunya yang merasakan itu, kami semua juga merasakannya. Kami percaya hingga pada akhirnya berusaha melupakan apa yang telah terjadi dan memulai dari awal itu sulit. Sekarang kita melihat Valentino lebih kompetitif, termotivasi dan fokus, kami bergerak menuju arah yang benar. Anda menemukan diri Anda menghadapi rival yang sama.”

Rossi lebih cepat sekarang, apakah itu kredit pada ban juga?
“Michelin adalah perubahan dan Anda harus mencoba untuk mendapatkan performa terbaik dari mereka. Ini adalah pekerjaan yang tidak bisa dilakukan hanya dalam satu sesi.”

“Sebuah masalah yang berbeda terjadi di setiap balapan dan yang mungkin adalah soal kinerja. Kadang-kadang Anda harus secara radikal mengubah pengaturan motor, atau menyerah pada satu hal untuk mendapatkan hal lain. Tapi tahun ini Valentino lebih nyaman dan memulai sejak hari Jumat dengan lebih oke, sehingga dibutuhkan upaya lebih.”

Berkaca dari pengalaman Anda dengan ban asal Prancis (Michelin), apakah memiliki pengaruh (pada motor)?
“Bertahun-tahun telah berlalu, performa motor juga berbeda. Jika kita menilai kinerja ban, peralatan elektronik baru dan kejuaraan MotoGP modern. Hasilnya adalah bahwa Anda mulai dari nol atau malah hampir (dari nol).”

Bagaimana Anda menjelaskan soal lompatan maju Rossi di sesi kualifikasi musim ini?
“Ada sesuatu yang tidak boleh diremehkan. Karena tidak ada ban soft tambahan untuk setiap sesi, beberapa tim pergi. Bila Anda menggunakan ban balap untuk kualifikasi, pembalap yang bagus akan keluar lebih sering dan itu amat membantu kami (para mekanik).”

“Selanjutnya, fakta bahwa Michelin telah memberi kemampuan terbaik mereka bukan hanya pada putaran pertama, tetapi juga pada putaran kedua, itu juga membantu. Dan kemudian, Valentino telah beradaptasi dengan baik dengan ban dan motor juga tidak buruk-buruk amat.”

Source from SinDoNews